Kamis, 05 Mei 2011

LAPORAN KASUS TUBERCOLOSIS


1.      IDENTITAS PASIEN

Nama                     : Tn. N
Umur                     : 35 tahun
Jenis Kelamin        : Lk
Suku/Bangsa         : Mandar/indonesia
Agama                   : Islam
Pendidikan            : SD
Pekerjaan               : Buruh Tani
Bahasa yang digunakan : Mandar
Alamat                  : Tutar
Cara Masuk           : Rujukan
Keluhan Utama     : Batuk dan sesak nafas

2.      PEMERIKSAAN FISIK
1)      Keadaan Umum :
Baik
2)      Tanda-tanda vital
Suhu : 37oC
Nadi : 40x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Respirasi : 35x/menit
3.      GEJALA
Penyakit tuberkulosis atau TB paling sering menyerang organ paru, tetapi sebagian kecil dapat menyerang organ-organ lain. Misalnya otak, tulang, kelenjar getah bening, kulit, usus, mata, telinga dll..
Gejala yang sering di jumpai pada penyakit tubercolosis adalah sebagai berikut:
Ø  Batuk lebih tiga minggu
Ø  Demam terutama sore hari
Ø  Nafsu makan berkurang
Ø  Berat badan turun
Ø  Keringat malam hari
Ø  Badan terasa lemah/mudah capek/rasa malas
Ø  Sesak napas (bila penyakit sudah lanjut)
Ø  Sakit dada (bila terjadi peradangan selaput paru/dinding dada).
4.      Tindakan
ü  08:00 melakukan tindakan observasi
TD:130/90 mmhg
Nadi:75 kali/menit
Suhu:3°C
Espirasi:32 kali/menit
ü  12:00 mengganti cairan RL 500 ml,dengan tetesan 28 kali/menit.
ü  20:00 melakukan tindakan injeksi intra vena melalui selang infus.
4.     ETIOLOGI
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
5.     TERAPI
a.       Rifampin (R)
v  Bakterisid intra & ekstrasel
v  ES: gangguan sal cerna, hepatitis geriatrik, alkoholisme & penyakit hati
v  Interaksi: digoksin, warfarin, prednison, siklosporin, metadon, kontrasepsi oral, klaritromisin, penghambat protease & kuinidin
b.      Isoniazid (H)
v  Murah, mudah ditemukan, selektif terhadap kuman, efek samping jarang & ringan
v  Bakteriostatik
v  ES: neuropati perifer _ diberikan vit B6 & hepatotoksik
c.       Pirazinamid (Z)
v  Bakterisid spektrum sempit
v  ES: hepatotoksik – do tinggi, hiperurisemi diberi bersama rifampin, poliartralgia.
d.      Etambutol (E)
v  Bakteriostatik selektif
v  Dapat mencapai LSS
v  Dosis harus diturunkan pada pasien penurunan fungsi ginjal.
v  ES: neuritis optik retrobulbar reversible (penurunan ketajaman penglihatan, skotoma sentral & kehilangan kemampuan melihat warna hijau); hiperurisemi asimtomatik.
e.       Streptomisin (S)
v  Hanya tersedia injeksi IM dan IV.
v  Dosis dan frekuensi pemberian harus diturunkan pada pasien > 50 tahun dan pasien gagal ginjal.
v  ES: ototoksisitas (kehilangan pendengaran, disfungsi vestibular) dan toksisitas renal (gagal ginjal non oliguria)
v  10-20% _ streptomisin < gentamisin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar