Jumat, 27 Mei 2011

SEJARAH TOPOYO !!!


TOPOYO (ngapaboa) DALAM SEJARAH edisi ke 2 2011

“Kata Topoyo lahir dari sebuah peristiwa yang dibubuhi aroma mistik, dimana seorang pemuda merantau dari kampun Kaili (Sulawesi Tengah) yang bernama Oiyo.. pemuda ini merantau kerena ada pertarungan dengan saudaranya sendiri yang bernama Oili.

Oili ini adalah kakak dari Oiyo yang mencoba merebut istri Oiyo yang terkenal sangat jelita, putri keturunan dari bangsawan negri mandar.

Suatu hari Oili dan Oiyo mencari ikan disungai untuk lauk makan nanti. Ketika ingin berangkat Oili pura-pura sakit perut dan mengatakan pada Oiyo bahwa ia tak dapat ikut dengannya, Oiyo pun berangkat tanpa ada yang menemaninya. Oiyo pun tiba pada tempat dimana dia biasa memancing dan mendapatkan ikan. Tapi aneh hari ini seolah ikan ikan telah kenyang dan tak tertarik pada umpan lezat yang diberikan Oiyo, tengah putus asa Oiyo menganti umpan agar lebih segar dan berharap ikan mau untuk memakannya, dan hasilnya seekor ikan dapat.. betapa gembiranya hati Oiyo menarik pancingnya yang berat karna ikan diujung kailnya berontak. Saat ikan itu itu berada ditangannya, ikan itu berbicara layaknya manusia dan Oiyo kaget bukan main.. ikan ini berkata “jangan membunuhku, aku akan memberikan sesuatu yang kelak akan sangat berguna untuk keturunanmu” dengan kesungguhan dan suara yang penuh harap. Oiyo menjawab apa yang akan kau berikan padaku?? Secara ajaib keluarlah dua benda dari mulut ikan itu, jarum emas dan parang dengan ukuran kecil. (saat ini , benda bersejarah ini berada pada seorang tokoh adat yang dirahasiakan untuk menjaga kesakralannya). Dengan penuh rasa terima kasih Oiyo melapaskan ikan itu, dan bergegas pulang kerumahnya. Setibanya dirumahnya betapa kagetnya Oiyo mendapatkan istrinya menangis,iya pun bertanya “ ada apa istriku sayang? Kenapa engkau manangis? dengan tersedu-sedu Istrinya menjawab “ sayang kita harus pergi dari kampung terkutuk ini, kakakmu Oili mencintaiku dan dia akan membunuhmu agar dia bisa memiliki-ku. Oiyo yang mendengar itu mendidih darahnya karena amarah, dan serta merta parang tadi berubah menjadi besar dan dengan amarahnya iya berteriak mencari kakaknya Oili dan menemukannya di belakan rumah, dan terjadilah pertarungan antara kakak dan adik ini, ketika sedang terjadi pertarungan istri Oiyo ini mucul dan teriak “ berhenti….!! Berhenti….!! Dan dia melanjutkan, karena kalian bertarung karena saya, saya kan pergi dari kampung ini sebab saya tidak mau diantara kalian terjadi pertumpahan darah dan mengotori kesucian kampung ini, siapa yang ingin ikut denganku maka dia berhak memilikiku”. Sambil menjauh meninggalkan dua saudara yang sedang bertarung. Oiyo yang memang suaminya ikut dengan perempuan ini.

Dalam perjalanan, mereka tak tahu harus kemana. Mereka pun hanya mengikuti matahari dan sampailah mereka pada sebuah kampung yang bernama Tangkou Budong-budong yang menjadi wilayah kerajaan Mandar (yang kelak memberikan tempat tinggal Oiyo dan istrinya Yang sekarang dikenal bernama To Oiyo atau TOPOYO).
Setelah diberikan tempat tinggal (sekarang bernama kampung tua terletak dibenteng kayu mangiwang) oleh kepala suku tangkau, maka tinggallah Oiyo bersama dengan istrinya dikampung itu dan membangun peradaban yang kebiasaan budayanya sangat dipengaruhi oleh budaya Kaili (Sulawesi Tengah). Contoh TAPPUMOSE, (pesta panen Suku Kaili)
Konon, kerena janji ikan ajaib yang yang dikenal dengan nama ikan mangiwang oleh orang topoyo, (ikan mangiwang ini tidak boleh dimakan oleh orang topoyo) maka Oiyo dapat mempengaruhi kepala suku Tangkau yang menjadi peradaban tertua untuk orang pinggiran sungai (to salu), Oyio diberikan kepercayaan untuk memimpin perlawanan terhadap serangan orang-orang pesisir pantai (Babana) yang selalu berusaha mengambil hasil bumi orang-orang Tangkau.

Ketika terjadi perang yang besar antara Babana dan Tangkou, sebagian orang-orang Tangkau yang menjadi prajurit yang dipimpin Oiyo takut dan melarikan diri ke Gunung (sekarang Gunung ini bernama Gunung Rea) orang yang lari karena takut ini dikenal dengan nama Topimbuni (todapa nanggabuni = orang sembunyi) untuk bersembunyi yang akhirnya membuat Tangkau kalah dalam peperangan. Melihat kondisi dan ketidak setian prajurit ini akhirnya Oiyo mengumpulkan prajurit yang masih setia dan yakin akan kemenangan disebuah tempat yang bernama Benteng Kayu untuk mengatur strategi dan mengucapkan Ikrar yang sekarang dikenal Ikrar Pittu Anaku, Pittu Susun Langi’ku, pittu susun tanahku..

Setelah mengucapkan sumpah itu, maka Oyio kembali melakukan perlawanan terhadap Babana, ketika terjadi perang lagi-lagi banyak prajuritnya yang notabonenya berasal dari Tangkau dan melarikan diri untuk bersembunyi digunung (kelak bernama To Rea yang artinya Penakut) catatan: orang-orang Rea tidak mengakui ini dan menutupi sejarah dengan mengangkat peristiwa pelarian orang-orang Badak (dari daerah Hulu sungai Sampaga) sebagai asal dari mereka. mereka pun memberi nama wilayah mereka TOBADAK artinya Orang-orang Badak.

Melihat kenyataan bahwa banyak prajurit dari pasukan yang dipimpin oleh Oyio ini lari karena takut menghadapi pasukan Babana maka Oyio menyatakan Sumpah bahwa Keturunannya tidak akan mengakui keturunan dari tangkau sebagai Saudarahnya. Mendengar sumpah ini kepala suku Tangkau marah dan menyatakan perang terhadap Oiyo dan pengikutnya, terjadilah perang dan dimenangkan oleh Oiyo. Dengan semangat kemenangan ini dan bertambahnya pasukan Oyiyo, Oiyo melakukan lagi perang terhadap Babana dan sebelum kemenagnan diraihyan Oiyo menancapkan jarum Emasya ketanah dan berkata: kutana ammasku, kutana ea;ku.. artinya babana hanya bisa kalahkan saya (Oiyo) jika dia telah menemukan Emas yang kutancap ini. akhirnya kemenangan menjadi milik Oiyo dan pengikutnya.
Begitulah Topoyo ini ada..!! kebenaran dari sejarah ini terbukti dengan kenyataan yang ada hari ini..

Bendera kemenangan topoyo yang berwarna kuning dan berlambang kelabang dikibarkan..

Kurri-Kurri: Nyanyian kegembiraan didendangkan, genderang bertabuh terdengar hingga kepuncak gunung Rea dan tarian Pammose pun dilangsungkan. Topoyo bersuka ria dengan kemenagan ini..
Kesejahtraan kini milik rakyat topoyo dan benih kedamaian ditanam dibumi topoyo dan babana, hingga waktu pun berlalu.

Namun benih itu tak mampu tumbuh subur, babana dengan kelicikan pembesar-pembesarnya ingin memulihkan rasa sakit atas kekalahannya dari oioyo/Topoyo. Dia pun melakukan kerja sama dengan Bangsa asing yang ingin melakukan Taman paksa (rempah-rempah) saat ini dapat ditemukan bekas kebun anak pribumi yang dipekerjakan bangsa asing dikaki gunung tanasi. Karena kerja sama babana ini akhirnya Topoyo dapat dikuasai untuk melumpuhkan kekuatan Topoyo maka, dibakarlah topoyo. Peristiwa ini kemudian diabadikan dalam syair lagu oiyo: Ngapa-ku Na Boa, mangiwangku na bandu, hema koi ma rubu talli pambahifua?

Rapa ndolu manu na bikka, ohe nasihafu pammaseno, kelor narattu katufua no.. nasara nyamaku kasina..
Artinya: Negeri/kampungku terbakar, karena bentengku yang patah/Rubuh, siapa yang melanggar sumpah darah saudara?
Akan pecah Seperti telur ayam yang pecah, terhambur bagaikan beras reskinya, seperti daun kelor berjatuhan hidupnya,
Sakit hatiku memikirkannya.......

7 komentar:

  1. Salam kenal, Tulisannya Menarik. Saran Saya, sebaiknya tulisannya ditambah, semisal berapa jumlah anak dari Oiyo, siapa saja nama anak2nya.

    Jujur saya sangat tertarik dengan sejarah ini, Saya tinggal di Wae Puteh (Suku Enrekang)

    BalasHapus
  2. Ceritanya okey.....perlu di lestarikan ..bila perlu bikin buku sejarahnya buat bacaan anak sekolah di Topoyo thank's ..( Saya tinggal di Padangloang Suku Bugis )

    BalasHapus
  3. Halo Addah, saya sangat tertarik dengan cerita daerah topoyo. Bisakah saya menghubungi Addah. Saya tinggal di Tobadak 3

    BalasHapus
  4. Ceritanya...
    Bagus saya jdi nyesal bacanya
    Ko pedek banget sih..
    Salam rimbah..
    Sy dri palopo luwu.

    BalasHapus
  5. Sekian lama baru liat blog ini.... makasih semya yang sudah jalan2 di blog saya

    BalasHapus