Jumat, 25 Maret 2011

Proses Manajemen Kebidanan


Proses Manajemen Kebidanan
a.     Pengertian
Proses manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di gunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b.     Prinsip proses manajemen kebidanan menurut ACNM (1999)
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife terdiri dari :
1.     Secara sistematis mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
2.     Mengidentifikasi maslaah dan membuat diagnosis berdasarkan interpetasi data dasar.
3.     Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan dalam menyelesaikan maslah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
4.     Memberikan i9nformasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
5.     Membuat rencanan asuhan yang komprehensif bersama klien.
6.     Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implemnetasi rencana individual.
7.     Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8.     Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
9.     Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
c.      Proses manajemen kebidan menurut Helen Varney ( 1997)
Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang di temukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang di harapkan dari pemberian asuhan. Proses manajemen bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar setiap pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian dan menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
Varney (1997) dalam bukunya menjelaskan bahwa proses penyelesaiaan masalah merupakan salah satu teori yang dapat di gunakan dalam manajemen kebidanan. Dalam text book kebidanan yang di tulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan dalam 5 langkah. Namun setelah menggunakan Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting yang perlu di sempurnakan sehingga di tambahkan dua langkah lagi untuk menyempurnakan teori lima langkah yang di jelaskan terdahulu. Varney mengatakan seorang bidan dalam melakukan manajemen yang di lakukakannya  perlu lebih kritis untuk mengantisipasi diagnosis atau masalah potensial. Dengan kemampuan yang lebih kritis dalam melakukan analisis, bidan  akan menemukan diagnosis atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu dan mungkin juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu dan mungkin juga melakukan kolaborasi konsultasi bahkan mungkin harus segera merujuk kliennya. Varney kemudian menympurkan proses manajemen kebidanan menjadi tujuh langkah. Ia menambahkan langkah ketiga agar bidan lebih mengatisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney (1997) juga menambahkan satu langkah lagi keempat dengan harapan bidan dapat menggunakan kemampuan untuk melakukan deteksi dini dalam proses manajemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan di rujuk, segera bias dapat dilaksanakan.
Proses manajemen kebidanan terdiri tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah di sempurnakan secara periodic. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat di uraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bias berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

          Langkah 1. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lemgkap, yaitu :
a)     Riwayat kesehatan
b)    Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
c)     Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
d)    Meninjau data laboraturium dan membandingkannya dengan hasil studi.
Pada langkah ini di kumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasr awal yang lengkap. Bila klien mengajukan kompliasi yang perlu dkonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan terjadi overlap dengan langkah kelima dan keenam (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan di ambil dari hasi pemeriksaan laboraturium atau pemeriksaan diagnostic yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah keempat untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu di sampaikan kepada dokter.

          Langkah 2. Interpetasi data dasar
pada langkah ini di lakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpetasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasr yang sudah dikumpulkan di interpetasikan sehingga di temukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan, yaitu diagnosis yang di tegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah :
a)     Diakui dan telah di sahkan oleh profesi
b)    Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
c)     Memiliki cirri khas kebidanan
d)    Di dukung oleh clinical judgenment dalam praktek kebidanan.
e)     Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Kata masalah dan diagnosis keduanya di gunakan karena beberapa masalah tidak dapat di selesaikan seperti diagnosis tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang di tuangkan dalam rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasi bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosis. Sebagai contoh, di peroleh diagnosis “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosis ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.

Langkah 3. Mengidentifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien.
Langkah ini merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipas penanganannya pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan. Bidan di harapkan waspada dan siap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Contoh:
Seorang wanita dengan pembesaran uterus berlebihan bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang berlebihan tersebut.
Kemudian bidan harus melakukan perencanaan untuk mengantispasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang di sebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan bersiap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi bidan juga waspada terhadap kemungkinan ibu tersebut mengalami infeksi saluran kemih.
Pada langkah ke-3 ini bidan di tuntut untuk mamp mengatasi masalah potensial, serta merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional logis kaji.
Langkah 4. Identifikasi Kebtuhan yang memerlukan penanganan segera secara mandiri, konsultasi dan kolaborasi
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan  lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini,  mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan/untuk di konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primerperiodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bida terus-menerus misalnya pada waktu tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja di kumpulkan dan di evaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat ketika bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala 3 atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu atau nilai apgar yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yag memerlukan tindakan segera, sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Misalnya prolaps tali pusat, situasi lainnya bisa saja merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi aatu kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja social, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Pada penjelasan diatas penunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang di hadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan  tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis dari masalah potensial pada langkah sebelumnya.
Bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah 5. Rencana Asuhan
Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpetasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai criteria, tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Rencana asuhan pada langkah 5 ini dapat berupa:
»   Melengkapi data seperti tes diagnostic/laboraturium
»   Pendidikan/konseling
»   Rujukan
»   Follow up
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadapa masalah atau diagnosis yang telah diidentifkasi atau di antispasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat di lengkapi.
Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang di perkirakan akan terjadi berikutnya apakh di butuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, cultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah di setujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar cepat melaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan asuhan tersebut. oleh karena itu pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang di kembagkandalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan di lakukan klien. Kaji ulang apakah rencana asuahan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
Langkah 6. Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus di setujui oleh pasien atau keluarga kecuali apabila tindakan tidak di laksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.
Pada langkah ini di lakukan perencanaan asuhan langsung secara efisien dan aman. Pada langkah ke-6 ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah ke -5 diolakukan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahakan pelaksanaaya (misalnya memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Meskipun bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab dalam manajemen asuhan klien untuk pelaksaan asuhan bersama. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah di laksanakan.
Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini di lakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis, rencana tersebut dapat dianggap efektif apabila benar-benar dalam pelaksanaanya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedangkan sebagian lain belum efektif mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umunya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung didalam situasi klinis, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

1 komentar:

  1. tanya tentang:
    1.latar belakang penyalahgunaan alat kontrasepsi pada usia pernikahan
    2.urutan menejemen bayi baru lahir
    3.urutan menejemen neonatus

    BalasHapus